Serunya Membuat Barang Kulit Karya Tangan Sendiri
Produk berbahan kulit, apalagi yang buatan tangan (handmade) biasanya dijual dengan harga mahal. Padahal, kita bisa belajar membuat sendiri barang-barang kulit tersebut.
Salah satu tempat belajar mengolah bahan kulit adalah Leatherians yang terletak di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara.
Didirkan pada Januari 2015 oleh tiga sekawan pecinta kerajinan tangan, Marita Wijaya, Yuvinia Yuhadi (Yuke), dan Meifani Lamsundy (Mefi), Leatherians mengajarkan setiap peserta membuat barang-barang kulit yang seluruhnya handmade.
"Banyak orang berpikir kalau tas atau dompet seperti ini dijahit pakai mesin, padahal bisa dijahit dengan tangan. Malah yang merek mahal rata-rata dijahit tangan," kata Mefi dalam sebuah perbincangan denganKompas Lifestyle akhir Desember lalu.
Yuke mengatakan, fokus mereka adalah mengajarkan berbagai produk dari kulit, dimulai dari belajar memotong selembar kulit sampai menghasilkan sesuatu. "Fokusnya untuk yang hobi, tapi banyak juga murid kami yang akhirnya jadi punya bisnis sendiri," katanya.
Tidak semua peserta kursus adalah orang yang memang senang membuat kerajinan, banyak juga yang awalnya hanya coba-coba. "Ada juga yang sebelumnya tidak pernah pegang jarum atau pisau, ternyata keterusan sampai bikin tas," kata Mefi.
Kelas di Leatherians terdiri dari kelas pemula dan intermediate. Menurut Yuke, kelas pemula terdiri dari dua sesi yang masing-masing berdurasi 3,5 jam dengan biaya sejuta rupiah.
"Untuk yang pemula totalnya 7 jam, belajarnya bikin produk yang simpel seperti dompet kartu, dompet pasport, atau pouch. Kalau pun ada jahitan, juga yang simpel," papar Yuke.
Ia menambahkan, biaya kursus tersebut sudah termasuk bahan-bahan kulit dan pemakaian alat. "Peserta tinggal datang bawa diri aja," katanya.
Mefi mengatakan, material kulit yang dipakai di Leatherians memiliki kualitas yang baik. Bahan kulit yang sering dipakai antara lain kulit sapi, domba, atau burung unta. Untuk peserta yang sudah tingkat intermediate biasanya mereka membawa bahan kulit sendiri.
"Kami tidak mau membuat kursus harga murah tapi bahan kulitnya jelek. Sayang kan sudah capek-capek belajar kalau kulitnya jelek. Kami ingin menunjukkan barang yang bagus itu seperti apa supaya peserta juga puas dan bisa muncul inspirasi untuk bikin yang lain," papar Mefi.
Sementara itu untuk kelas intermediate peserta akan membuat projek tas sederhana. "Nah kalau di intermediate ada beberapa pilihan, biasanya murid kami akan tentukan sendiri mau bikin apa, karena kalau ditentukan nanti hasilnya sama semua, jadi tergantung imajinasi masing-masing," kata Mefi.
Tidak sulit
Banyak peserta yang tidak menyangka bahwa membuat produk dari kulit ternyata tak sesulit yang dibayangkan. "Ini setengahnya nukang, karena harus pukul-pukul kulitnya, jadi tidak harus cantik-cantikan yang rumit," imbuh Mefi.
Itu sebabnya, menurut Mefi walau sebagian besar peserta kursusnya adalah perempuan, tapi peserta laki-laki justru lebih telaten dalam pengerjaannya. "Mereka lebih detil dan hasilnya rapi, bagus banget," katanya.
Durasi membuat satu tas kecil yang modelnya tidak rumit, menurut Yuke berbeda-beda waktunya tergantung seberapa rajin kita mengerjakannya. "Beda tas, beda model, beda juga tingkat kesulitannya. Kalau rajin satu dua minggu juga selesai, tapi kalau santai ada yang tiga bulan tak selesai," katanya.
Walau menjahit bahan kulit tidak mudah, bahkan tak jarang jari-jari tangan tertusuk jarum, tapi menimbulkan kesenangan sendiri. "Tangan sudah pasti kapalan, ketusuk-tusuk, tapi justru disitu fun-nya," kata dia.
Lebih puas
Berawal dari menyebarkan iklan di media sosial kepada teman-teman dekat, kini Leatherians sudah memiliki ribuan murid. Tidak hanya dari Jakarta tapi juga kota-kota lain di Indonesia. Mereka datang dan menginap beberapa hari di Jakarta untuk mengikuti kelas intermediate.
"Paling jauh ada yang dari Medan dan Pontianak. Yang di Medan bahkan sudah pernah membuat kelas workshop juga di sana," kata Mefi.
Ada juga pengusaha kecil yang sebelumnya sudah memiliki bisnis produk kulit yang mengikuti kelas untuk mendalami ilmu pembuatan barang kulit. "Biasanya mereka awalnya otodidak, lalu ikut kelas untuk tahu cara yang benarnya seperti apa. Atau ada yang selama ini bikinnya pakai mesin, sekarang belajar cara membuat dengan tangan," katanya.
Dalam waktu dekat Leatherians berencana membuka cabang di Surabaya, Jawa Timur. Menurut Mefi, banyak juga murid-muridnya yang berasal dari kota tersebut.
Yuke dan Mefi mengaku senang jika keahlian yang diajarkannya memiliki manfaat bagi banyak orang, apalagi menghasilkan pemasukan.
"Waktu grand opening kami kaget karena yang dateng banyak sekali, sampai pusing menanganinya. Dari situ kami sadar ternyata memang peminatnya banyak, jadi kami terusin sampai sekarang kelasnya," kata Mefi.
Ia mengatakan, banyak peserta kursus yang merasa puas dengan hasil buatan tangannya sendiri. "Apalagi kalau untuk dijadikan kado, lebih unik dan personal. Karena tidak ada yang sama persis, warna kulit, warna benang jahitan, sampai ziper-nya saja beda-beda tiap murid," katanya.
Yuke menambahkan, membuat kerajinan yang bisa dipakai sendiri menurutnya lebih memuaskan. "Paling senang menghasilkan barang yang tidak hanya untuk dipajang, apalagi cewek kan dompet atau tasnya tidak pernah cukup, sementara kalau beli jadi bentuknya standar," ujarnya.
Selain menyediakan bahan kulit untuk peserta kursus, menurut Yuke, Leatherians juga menjual kulit secara eceran untuk mereka yang ingin membuat barang sendiri di rumah.
Post a Comment